Bank Digital Berlomba-lomba dengan Bunga Tinggi: Apakah Ini Strategi yang Berkelanjutan?

Bank Digital Berlomba-lomba dengan Bunga Tinggi: Apakah Ini Strategi yang Berkelanjutan?


79percentclock.com - Revolusi digital telah merombak total wajah perbankan. Lahirnya bank digital, dengan janji kemudahan dan kecepatan, seakan menjadi jawaban atas segala kebutuhan finansial kita. Namun, di balik persaingan sengit untuk merebut hati nasabah, tersimpan sebuah pertanyaan menarik: Apakah perang bunga tinggi yang sedang berlangsung di antara bank digital ini adalah strategi yang tepat dan berkelanjutan?

Munculnya bank-bank digital ini mulai menjamur dari tahun 2020, pada saat awal pandemi, sesuai dengan kebiasaan dan perilaku orang yang jarang keluar rumah pada saat itu karena pandemi covid-19. Bank besar pun ikut mendirikan bank digital yang terpisah dengan bank utama mereka.

Bunga Tinggi sebagai Daya Tarik Utama

Bosan dengan bunga tabungan yang itu-itu saja rendahnya? Bank digital hadir sebagai angin segar dengan tawaran bunga yang jauh lebih menggiurkan! Bagaimana bisa? Rahasianya terletak pada efisiensi mereka. Tanpa terbebani oleh biaya operasional cabang fisik yang mahal, juga tidak perlu gaji karyawan, sehingga bank digital bebas memberikan lebih banyak keuntungan kepada nasabah melalui bunga simpanan yang tinggi. Ini adalah kabar baik bagi siapa saja yang ingin uangnya bekerja sendiri tanpa resiko kerugian.

Bunga yang tinggi membuat hal ini (bank digital) lebih menarik dibandingkan dengan reksadana pendapatan tetap dan pasar uang, serta obligasi, karena bunga per tahunnya lebih tinggi dari mereka.

Mengapa Bank Digital Melakukan Ini?

Dalam persaingan merebut hati nasabah, bank digital tidak main-main. Mereka menggunakan 'senjata rahasia' berupa bunga simpanan yang sangat menarik. Di Indonesia, di mana pasar perbankan digital masih terbuka lebar, strategi ini terbukti ampuh. Bunga tinggi tidak hanya menjadi magnet bagi nasabah baru, tetapi juga menjadi fondasi kuat untuk membangun bisnis perbankan yang lebih besar. Dengan DPK yang melimpah, bank digital punya amunisi lebih untuk menawarkan berbagai produk keuangan yang menarik, termasuk pinjaman dengan suku bunga kompetitif.


Tantangan dan Risiko yang Mengintai

"Bunga tinggi memang menjadi magnet yang kuat bagi nasabah, namun di balik kilaunya, tersimpan beberapa tantangan. Pertama, mempertahankan tingkat bunga yang tinggi secara terus-menerus bukanlah perkara mudah. Jika tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang hati-hati, bank digital bisa terjebak dalam perang harga yang merugikan. Kedua, lonjakan dana pihak ketiga yang signifikan juga membawa risiko likuiditas. Jika dana tersebut tidak disalurkan ke sektor yang produktif, bank digital bisa menghadapi masalah serius. Laporan keuangan yang terus minus akan menyebabkan masalah di kemudian hari.

Berapa Lama Tren Ini Akan Bertahan?

Tidak dapat dipungkiri bahwa bunga tinggi saat ini menjadi salah satu daya tarik utama bank digital. Namun, tren ini tidak bisa berlangsung selamanya. Seiring dengan pertumbuhan nasabah dan kematangan pasar, bank digital kemungkinan akan menyesuaikan strategi mereka, berfokus pada layanan dan inovasi teknologi untuk mempertahankan nasabah daripada hanya mengandalkan bunga tinggi.

Selain itu, regulasi dari otoritas perbankan juga bisa memainkan peran penting dalam menentukan batasan suku bunga yang bisa ditawarkan, guna menjaga kesehatan industri secara keseluruhan.


Kesimpulan

Persaingan bank digital dengan menawarkan bunga tinggi merupakan fenomena yang tidak dapat diabaikan. Ini adalah strategi jangka pendek yang efektif untuk menarik perhatian nasabah dan memperbesar basis simpanan. Namun, keberlanjutan strategi ini tergantung pada bagaimana bank digital mampu mengelola risiko yang ada dan mengimbangi dengan sumber pendapatan lain. Dalam jangka panjang, inovasi dan pelayanan akan menjadi kunci utama bagi bank digital untuk tetap kompetitif di pasar yang semakin dinamis.

DAFTAR BANK DIGITAL di INDONESIA

  1. Jenius
  2. Neo Bank
  3. Blu by BCA / BCA Digital
  4. Line Bank by Hanabank
  5. Motion Banking
  6. D-Save
  7. Wokee
  8. TMRW by UOB
  9. DigiBank by DBS
  10. Bank Jago (ARTO)
  11. Allo Bank (BBHI)
  12. Bank Aladin Syariah (BANK)
  13. Bank Raya (AGRO) by BRI / BRI AGRO
  14. Bank Neo Commerce (BBYB)
  15. Amar Indonesia (AMAR)
  16. MNC Inter (BABP)
  17. SeaBank 
  18. BNC Digital (BNC)
  19. Hi Bank (anak bni)
  20. Bank Saqu (sebelumnya Bank Jasa Jakarta) by Astra Financial
  21. SuperBank
  22. Mayora
  23. Bank Capital (BACA) 
  24. Bank QNB Indonesia (BKSW) 
  25. Krom Bank (BBSI) besutan kredivo

yang seperti PermataME, Danamon Save, Livin by Mandiri itu bukan bank digital, tetapi sering disalah-artikan dan dipikir orang adalah bank digital, padahal bukan.

Bank Digital dengan Bunga Tertinggi

Bank Saqu:  Bunga 5.25% per tahun untuk tenor 6 bulan atau bunga 4.25% per tahun untuk tenor 1 bulan. (jangan percaya yang katanya 10%, itu ada tanda kutip).

Krom Bank: Bunga deposito 8,75% per tahun untuk tenor 6 bulan, atau 7.25% untuk tenor 1 bulan.

Bank Neo Commerce: Bunga deposito 8% per tahun untuk tenor 12 bulan, atau 6.5% untuk tenor 1 bulan.

Bank Amar Indonesia: Bunga deposito hingga 9% per tahun untuk tenor 36 bulan atau 5.75% untuk tenor 1 bulan.

Superbank: 7.5% per tahun untuk tenor 1 bulan. (jangan percaya yang katanya 10%, itu ada tanda kutip)

SEA bank: 6% per tahun untuk tenor 6 bulan atau 5% per tahun untuk tenor 1 bulan.

Line bank: 5.5% per tahun untuk tenor 1 bulan.

TMRW by UOB (TMRW Power Saver): bunga 4.5% per tahun untuk tenor 1 bulan.

- sehingga urutan bunga tertinggi per bulan adalah:

  1. Superbank, 
  2. Krom Bank, 
  3. Bank Neo Commerce (Neo Bank), 
  4. Bank Amar Indonesia, 
  5. Line Bank, 
  6. Sea Bank, 
  7. TMRW by UOB, 
  8. Bank Saqu.

Share:
Next Post Previous Post